RUMAH SAKIT CINTA (5)
Haah.. sudah seminggu aku memikirkan Dewa dan Tania. Mereka
masih pacaran. Hari-hariku sangatlah buruk. Aku tidak diperbolehkan ganti sift,
jadi sering liat Dewa sama Tania. Kalau, aku ada didekat mereka berdua, Tania
langsung mesra sama Dewa. Biar aku cemburu. Awalnya sih, aku cemburu banget.
Namun, lama-kelamaan aku sudah biasa aja.
Tania tampak gemas dengan sikapku yang sekarang. Dia semakin
caper ke aku. Dia mulai memposting kemesraan dia dengan Dewa. Walaupun, netizen
lebih simpati sama Dewa karena dia mau pacaran sama Tania. Komennya kalau ada
postingan dari Tania pasti gini “ duh, ga tega deh aku sama Dewa, bisa-bisanya
pacaran sama titisan dewa kegelapan deh” atau “ pasti kak Dewa disantet sama
kesen Welcome deh. Prihati deh aku” aku merasa puas. Ternyata banyak yang
setuju kalau Tania itu jelek. Cantik kalau pakai make up, itu juga menor
banget. Iih. Lama-lama prihatin juga aku sama Tania.
Hubungan aku sama Dewa makin lama merenggang. Kita sudah
tidak sedekat sebelum Tania ada. Karena Tania membatasi aku dan Dewa. Dia suka
melarang Dewa. Dewa ga boleh pergi kerumahku lah, Dewa harus selalu membalas
dia kalau dichat lah, mau lagi oprasi atau enggak, hpnya Dewa sampai dipasang
GPS bia tahu Dewa kemana aja dan Dewa chat sama siapa aja, Dewa juga dikirim
bodyguard tersembunyi yang selalu mengawasi dia ( ini bahaya sih, kalau Dewa
lagi mandi gimana? Apa iya, diliatin juga? Ga bener). Padahal, aku tahu kalau
Dewa orangnya tidak suka dikekang. Kayak film Dolan 1991.
Tapi, kami masih bisa ketemu di kafe ibuku. Ga ada yang tau.
Hapenya dia tinggal. Dewa sering bercerita dia males pacaran sama Tania,
mending sama aku. Katanya. Uuh, aku tesipu. Dewa juga bilang dia mau putus sama
Tania besok. Doi minta bantuan aku. Yah aku bantu aja.
Semua sudah direncanakan. Dewa akan membawa Tania kecafe
mama aku. Dia akan putus disana dengan mengenaskan. Uhuy. Setelah menunggu
beberapa lama dengan sangat sabar. Akhirnya, mereka datang. Pasangan Dewa dan
Tania, yang akan putus sesaat lagi.
Dewa mengajak Tania duduk dipojok ruangan. Aku menunggu
dengan santai. Ngobrol-ngobrol beberapa saat kemudian, mereka putus. Tania
nangis sambil lari, Dewa diem aja. Udah gitu doang putusnya. Biasa aja putusnya
emang.
“ gimana, lancar putus?” tanyaku.
“ Tania marah besar, kayaknya gw salah deh” kata Dewa merasa
bersalah.
“ sabar ya…” kataku.
Besok aku bakalan tembak Dewa.
Bersambung….
Komentar
Posting Komentar