RUMAH SAKIT CINTA (6)


Hari ini pun tiba, aku bakalan nembak Dewa di rumah sakit. Aku sampai rumah sakit. Bekerja seperti biasa, renavanya aku bakalan nembak Dewa setelah selesai kerja, di café dekat RS. Café MO1.
Hari ini RS-ku kedatangan dokter pindahan. Namanya Dr. Michael Enrico Cahyadi. Dokter yang cukup ternama, umurnya masih 25 tahun, cukup muda. Beda2 tahun sama aku. Beda 1 tahun sama Dewa, lebih tua Dewa sih. Pak Michael, atau biasa dipanggil pak Rico ini atasanku sekarang. Dia spesialis tulang. Bahkan, S3 dokter spesialis tulang, lulusan UI. Dia cukup ganteng sih ( aku panggil dia karena tidak jauh umurnya denganku) sama kayak Dewa lah mukanya. Tapi, tetap gantengan Dewa.

Setelah pengenalan tetang dokter Rico selesai, aku langsung kembali ke tempat kerjaku. Ada beberapa pekerjaan yang harus aku selesaikan sekarang, jadi aku tidak boleh membuang waktu.
Saat aku membuka pintu LAB tulang. Aku melihat seseorang yang duduk dikursiku. Wajahnya tidak kelihatan karena dia membelakangiku.
“ so… hello, kamu pasti Vina kan?” kata orang itu.

“ i… i... iya, siapa ya?”

Orang itu membalikan badan, dan… dia adalah dr. Rico, aku kaget hampir pingsan. Bukannya tadi dia masih mengobrol dengan kepala direktur. Tiba-tiba kepala direktur masuk.

“ehm, Vina, dia adalah dr. Rico, atasanmu sekarang. Kamu harus belajar darinya” kata kepala direktur. Lalu kepala pergi. Aku masih diam saja kebingungan.

“ well, hello saya dokter Rico” kata Rico sambil mengulurkan tangan. “kamu bisa panggil saya Rico saja, karena umur kita tidak berbeda jauh.”

“oh, aku Vina, semoga kita bisa bekerja sama dengan baik” kataku sambil berjabat tangan dengan Rico.

“ sejak awal berkenalan tadi dipanggung. Aku lihatin kamu terus lho” kata Rico, tangan kita masih berpegangan. Lalu Rico mencium tanganku, aku kaget tidak sempat menarik tangan itu kembali. Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka, ternyata yang buka adalah Dewa. Dia melihat aku sedang dicium tangannya oleh Rico. Dewa langsung meninggalkan tempat ini, sepertinya dia cemburu. Hadeh…

Seharian ini setelah kejadian itu, aku tidak bertemu Dewa. Saat kutanya keteman-teman Dewa, katanya Dewa sudah pulang duluan. Kata mereka mata Dewa berkaca-kaca, wah… jangan-jangan Dewa benar-benar cemburu. Seharian ini aku kontak nomor handphonenya. Namun, tidak diangkat oleh Dewa.

Seharian ini aku terus memikirkan Dewa, dr. Rico selalu menggangguku. Aku tidak bisa berkonsentrasi kerja. Rencananya malam ini aku akan mendatangi rumah Dewa untuk menjelaskan apa yang terjadi

TING…. TONG… aku memencat bal rumah Dewa.

“ iya, sebentar” kata suara Dewa dari dalam. Dewa membuka pintu, dia tampak terkejut atas kehadiranku.

“ siapa?” kata suara dibelakang Dewa. Aku penasaran, bukannya Dewa tinggal sendiri dirumah? Tiba-tiba dari belakang Dewa muncul kepala yang sangan familier. TANIA. Oh God, ngapain dia disini?

“lho? Tania, ngapain disini?” tanyaku pada Dewa.

“kita balikan” kata Tania. JEGER… aku terdiam.

“ini bohongkan?!” tanyaku pada Dewa. Setengah menangis. Dewa hanya bisa mengangguk.

Aku tidak peduli lagi. Aku langsung lari masuk kemobilku dan pergi. Tampak sekilas aku melihat wajah Dewa yang bersalah. Namun, Tania langsung menutup pintu.

Selama perjalanan pulang aku sangat sedih, aku tidak focus. Aku masih sedih dan merasa dicampakan oleh Dewa. Dalam hati aku bimbang, mungkin aku juga salah karena membiarkan tanganku dicium Rico, disatu sisi aku merasa Dewa salah. Saking sedihnya kau tidak menyadari kalau lampu jalan sudah berwarna merah. Aku masih tetam tancap gas. Tiba-tiba terdengar suara bel mobil dari sampingku. Saat aku melihat ada sebuah mobil yang tinggal beberapa senti lagi menabrakku. BRAAAK….. mobilku terpental dan berguling. Aku tidak sempat lolos. Mobilku tersangkut disebuah jurang. Hal terakhir yang aku ingat banyak orang yang panik melihat mobilku yang sudah rongsok.
AKU KECELAKAAN.
BERSAMBUNG…

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PINTU DI LANTAI 13 (2)

MISTERI TETANGGA SEBELAH (1)

HANTU TANPA KEPALA