RUMAH SAKIT CINTA (11)
BIAR LEBIH NYAMBUNG. BACA PART-PART SEBELUMNYA. OK... LANJUTTT
Part 11
Aku cukup terkejut, saat melihat Tania. Beruntung Tania
tidak melihatku dan Dewa.
Samar-samar aku mendengar Tania dan lelaki itu
menyebut-nyebut namaku dan Dewa.
Tiba-tiba, Dewa menarik tanganku. Menuju meja kosong
di depan tempat duduk Tania dan pria itu. Posisi kami membelakangi Tania. Kami
masih bisa mendengar percakapan Tania dan pria itu.
Setelah aku mendengar cukup lama, aku terkejut. Ternyata,
Tania membuat rencana dengan pria itu untuk MENGHANCURKAN liburanku bersama
Dewa. Dia tidak mau ada momen diantara aku dan Dewa. Dan… ternyata Dewa sudah
tau rencana Tania itu. Dewa menyadap handphone Tania. Dan sebenernya Dewa itu
agen FBI yang menyamar (ntar dulu… kok gini ceritanya!) ok, yang tadi itu
bohongan.
Tiba-tiba, pria yang berbicara dengan Tania itu berdiri. Dan
berjalan kearah toilet. Kami langsung menutup muka, pakai buku menu, Karena,
toiletnya harus melewati meja kami. Aku sempat melihat wajah pria itu. Namun,
dia pakai kacamata hitam. Tapi, wajahnya tampak familiar, sepertinya, aku
pernah melihatnya. Tapi dimana ya?
Beberapa saat kemudian pria itu balik lagi. Masih sama,
dengan kacamata hitamnya. Kali ini dia mengenakan masker. Tiba-tiba ada tangan
merangkulku. Ternyata, itu tangan TANIA. Kami ketahuan. Sepertinya, pria itu
sadar kalau ada kami. Dan dia memberitahu Tania saat ketoilet tadi. Kulirik
Dewa, dia tampak gelagapan.
“eh, ada Vina, ada Dewa juga ya” kata Tania. Bisa kulihat
dimatanya, ada api-api cemburu.
“siapa ya?” kataku. Sok ga kenal.
“ah, jangan pura-pura ngga tau, lu itu ngga bisa acting”
“eh, Tania. Waah… kita ketemu disini ya” sahut Dewa, sok
kalem.
“ehm, saya permisi dulu” kata pria tersebut. Suaranya juga
familiar. Aku yakin banget.
“ya… lu boleh pergi” kata Tania. Pria itu pergi meninggalkan
restoran. “jadi, lagi ngapain kalian? Ngedate?” tanya Tania. Masih dengan api
cemburu dimatanya.
“eh, kita Cuma ngobrolin seputar dunia dokter kok,” jawabku
gelagapan.
“ooh, kalo gitu aku boleh ikut ngobrol?” tanya Tania lagi.
“boleh”
Duuh, aku harus bisa keluar dari situasi ini.
Aku berusaha tidak berhubungan mata dengan Tania. aku
sesekali melihat kejendela. Melihat orang-orang yang asik dengan kegiatannya.
Ada yang memilih souvenir, menggulung tikar, berjemur dipantai.
Tiba-tiba mataku tertuju pada seorang pria. Pria yang sama,
pria yang berbicara dengan Tania tadi. Pria itu sedang mengawasi kami.
Tiba-tiba pria itu memalingkan muka dan pergi, sepertinya dia sadar bahwa aku
melihat dia.
SIAPA SIH PRIA ITU?
Next euy
BalasHapusbsk yaa
Hapusudh gw buat part 12 nya
Hapus